Saturday, January 13, 2007

Berita Internasional

Penambahan Pasukan AS di Irak Terancam Perlawanan Keras
KAIRO - Rencana Presiden George W Bush mengirimkan 20.000 personel pasukan tambahan ke Irak pada akhir Januari 2007, dinilai sejumlah kalangan sebagai taruhan dengan resiko yang amat berat.

Pasalnya, pasukan AS akan menghadapi tantangan dari dua front, yakni perlawanan milisi-milisi Syiah serta serangan-serangan dari para pelaku bom bunuh diri serta kelompok bersenjata Sunni. Sejumlah pengamat berpendapat, pengerahan 20.000 lebih pasukan AS tambahan ke Irak tidak menjamin berhasil meredam perlawanan di sana.

"Hal ini akan menjadi operasi beresiko sangat tinggi," kata Anthony Cordesman, pengamat keamanan pada US Center for Strategic and International Studies. Menurutnya, peluang tercapainya keberhasilan dengan penambahan pasukan tidak seberapa jika dibandingkan dengan peluang kegagalan yang bakal muncul.

Militer AS sendiri sebetulnya telah pernah mencoba taktik penambahan pasukan semacam ini sebelumnya, meski hanya dalam skala terbatas, yakni ketika dilancarkannya aksi ofensif ke Baghdad pada paruh kedua tahun 2006. Ternyata, operasi militer gagal. Kendati bertujuan meredam kelompok perlawanan, operasi militer AS pada saat itu hanya menyebabkan pertumpahan darah yang semakin meningkat.

Kelompok-kelompok perlawanan Arab Sunni, misalnya, selama ini sedemikian mudah mematahkan serangan-serangan Amerika di masa lalu. Ketika tentara AS berhasil merebut satu wilayah, para pejuang Sunni tersebut dengan mudahnya mengerahkan para pelaku bom bunuh diri dan melakukan serangan di mana-mana. Ketika Amerika meninggalkan satu wilayah, maka dengan cepat pejuang Sunni itu kembali ke wilayah itu. [AP/E-9]

Gempuran udara AS di Somalia
JAKARTA - Amerika Serikat melancarkan serangan udara terhadap milisi Islam di sebuah desa di Somalia selatan, yang oleh Amerika diyakini sebagai tempat persembunyian sebuah sel al-Qaida.

Sasaran-sasaran dilaporkan dipantau lewat udara dan kemudian diserang oleh pesawat tempur AS yang diluncurkan dari pangkalan militer Amerika di Djibouti.

Amerika mengatakan milisi Somalia itu melindungi para anggota al-Qaida yang terkait dengan pemboman kedutaan besar AS di Afrika Timur.

Pemerintah peralihan Somalia mengatakan banyak orang terbunuh dalam serangan itu.
Gempuran udara terjadi beberapa hari setelah milisi Mahkamah Islam, yang menguasai banyak daerah di Somalia tengah dan selatan selama enam bulan terakhir, dipukul mundur oleh pasukan pemerintah Somalia yang didukung pasukan Ethiopia.

AS menuduh milisi Islam itu terkait dengan al-Qaida - namun tuduhan ini mereka bantah.
Jurubicara Pentagon, Bryan Whitman, mengukuhkan bahwa Amerika menyerang Somalia selatan pada hari Minggu, dan mengatakan sasaran mereka adalah kepemimpinan al-Qaida yang diyakini berada di daerah itu.

Al-Qaida
Presiden sementara Somalia, Abdullahi Yusuf mendukung serangan Amerika Serikat itu.
"Amerika berhak untuk membom para tersangka teroris, yang menyerang kedutaan besarnya di Kenya dan Tanzania," katanya di Mogadishu, sehari setelah masuk ke kota itu untuk pertama kalinya sejak milisi Islam pergi.

Lebih dari 250 orang tewas dalam pemboman kedutaan AS pada tahun 1998 di ibukota Kenya, Nairobi, dan di Da Es Salaam di Tanzania, yang diklaim oleh al-Qaida.

Amerika juga menganggap kelompok yang sama bertanggungjawab atas serangan terhadap sebuah pesawat Israel dan hotel milik orang Israel di Kenya pada tahun 2002, yang menewaskan 15 orang.

0 Comments:

Post a Comment

Links to this post:

Create a Link

<< Home