Friday, December 01, 2006

Penerapan Demokrasi Melenceng

JAKARTA - Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Megawati Soekarnoputri menyatakan keprihatinannya dengan penerapan demokrasi di Indonesia yang dinilainya melenceng dari apa yang dicita-citakan para pendiri republik ini.

“Pancasila itu apa, sih. Kalau bicara demokrasi, digali saja. Saya sangat yakin itu ada di lima sila itu,” katanya, saat menjadi pembicara dalam perayaan ulang tahun ke-70 politisi senior PDI-P Sabam Sirait, yang disertai peluncuran buku berjudul Meniti Demokrasi Indonesia, di Jakarta, Rabu (29/11).

Dia prihatin dengan mulai ditinggalkannya Pancasila. “Saat ini banyak yang alergi mengucapkan Pancasila, hanya karena itu diucapkan oleh Soekarno. Pancasila adalah apa yang akan kita jadikan falsafah bangsa, bukan orang. Itu telah dilupakan sampai republik kita seperti sekarang ini,” ucapnya.

Menurutnya, tradisi demokrasi yang dilaksanakan sekarang ini melenceng dari sistem demokrasi yang dirumuskan para pendiri bangsa dengan Pancasila, yang mengedepankan asas permusyawaratan. “Mulai dari Pokja (kelompok kerja), komisi, mengambil keputusan dengan voting. Voting, kalau menang terus mungkin rasanya menyenangkan. Tapi ini demokrasi dari mana. Ini urusan negara atau kacang goreng, ya,” ujarnya.

Dia memuji Sabam Sirait, yang mengajaknya masuk ke PDI (sebelum konflik), hingga mengantarkan dirinya ke puncak kekuasaan, sebagai satu dari sedikit tokoh yang konsisten memperjuangkan demokrasi Indonesia.

Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin, yang menjadi pembicara dalam diskusi buku Sabam Sirait itu, menyebut demokrasi yang berjalan di Indonesia saat ini hanya demokrasi prosedural, yang tidak dilandasi oleh budaya dan sejarah bangsa Indonesia. “Ini demokrasi macam apakah,” ucapnya.

Menurutnya, demokrasi yang berjalan di Indonesia saat ini lebih banyak dipengaruhi sistem demokrasi liberal. Seharusnya, demokrasi yang diberlakukan untuk republik ini adalah demokrasi yang bermoral. Demokrasi harus berpegang pada nilai etika dan agama, tanpa menjadi agama itu sendiri. Din menyayangkan terjadinya dikotomi antara kelompok nasionalis dan kelompok agamis. Dia mengkritik pemanfaatan ideo- logi, tak lebih sebagai kepentingan politik belaka. “Hanya memanfaatkan ideologi agama untuk kepentingan politiknya itu sendiri,” ujarnya.

0 Comments:

Post a Comment

Links to this post:

Create a Link

<< Home