Ancaman Terorisme di Indonesia Masih Eksis dan Aktif
JAKARTA - Menteri Koordinator (Menko) Politik, Hukum dan Keamanan (Polhukam) Widodo AS menegaskan ancaman terorisme di Indonesia masih eksis dan aktif. Karena itu perlu kebijakan yang lebih komprehensif yang optimal berdasar kenyataan di lapangan.
Indonesia saat ini tidak saja menjadi target tetapi juga korban, katanya, usai membuka seminar “Peningkatan Komunikasi Politik Dalam Upaya Menyukseskan Program Kabinet Bersatu” di Jakarta, Selasa (1/8).
Kegiatan terorisme, menurut Widodo, tidak saja dipengaruhi oleh situasi lingkungan strategis global tetapi juga masalah di hulu dan hilir di dalam negeri, yang mau tidak mau harus ditangani serius oleh pemerintah dan komponen bangsa lainnya.
Ia mengatakan, masalah hulu yang dapat memicu terjadi aksi terorisme adalah kemiskinan, ketertinggalan, dan kebodohan.
Widodo mengatakan modus operandi aksi terorisme di Indonesia didominasi bom bunuh diri dengan latar belakang militansi dan rasa solidaritas serta sasaran yang bersifat acak yakni tempat-tempat umum.
“Ini merupakan kecenderungan baru. Terlebih para pelaku adalah wajah-wajah baru yang tidak terekam dalam berbagai aksi terorisme yang terjadi. Ini menandakan adanya kaderisasi. Ini perlu perhatian khusus yang harus segera ditangani,” kata Menko Polhukam.
Konferensi ke-3 Jaksa Agung negara se-ASEAN dan China di Jakarta, menyepakati tujuh tindak pidana sebagai prioritas dalam penanganan kejahatan transnasional atau kejahatan lintas negara.
Tujuh jenis kejahatan yang berada dalam yuridiksi kejahatan transnasional yang menjadi prioritas dalam penanganannya yaitu terorisme dan pendanaannya, perdagangan obat bius, penyelundupan senjata, pencucian uang, perdagangan orang dan korupsi. (Ant/OL-06)
Indonesia saat ini tidak saja menjadi target tetapi juga korban, katanya, usai membuka seminar “Peningkatan Komunikasi Politik Dalam Upaya Menyukseskan Program Kabinet Bersatu” di Jakarta, Selasa (1/8).
Kegiatan terorisme, menurut Widodo, tidak saja dipengaruhi oleh situasi lingkungan strategis global tetapi juga masalah di hulu dan hilir di dalam negeri, yang mau tidak mau harus ditangani serius oleh pemerintah dan komponen bangsa lainnya.
Ia mengatakan, masalah hulu yang dapat memicu terjadi aksi terorisme adalah kemiskinan, ketertinggalan, dan kebodohan.
Widodo mengatakan modus operandi aksi terorisme di Indonesia didominasi bom bunuh diri dengan latar belakang militansi dan rasa solidaritas serta sasaran yang bersifat acak yakni tempat-tempat umum.
“Ini merupakan kecenderungan baru. Terlebih para pelaku adalah wajah-wajah baru yang tidak terekam dalam berbagai aksi terorisme yang terjadi. Ini menandakan adanya kaderisasi. Ini perlu perhatian khusus yang harus segera ditangani,” kata Menko Polhukam.
Konferensi ke-3 Jaksa Agung negara se-ASEAN dan China di Jakarta, menyepakati tujuh tindak pidana sebagai prioritas dalam penanganan kejahatan transnasional atau kejahatan lintas negara.
Tujuh jenis kejahatan yang berada dalam yuridiksi kejahatan transnasional yang menjadi prioritas dalam penanganannya yaitu terorisme dan pendanaannya, perdagangan obat bius, penyelundupan senjata, pencucian uang, perdagangan orang dan korupsi. (Ant/OL-06)
0 Comments:
Post a Comment
Links to this post:
Create a Link
<< Home