Friday, May 12, 2006

MAKASSAR MEMANAS ISU SARA MEREBAK

MAKASSAR - Makassar kembali memanas. Warga ibu kota provinsi Sulawesi Selatan diguncang isu perkosaan dan pembunuhan bernuansa SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan). Sebab, pelaku diduga seorang warga keturunan. Rumor itu membuat warga marah. Secara spontan massa meluapkan kemarahan dengan konvoi berkeliling kota, Selasa (9/5) siang. Buntutnya, para pemilik toko memilih tutup karena ketakutan

Massa terkonsentrasi di Jalan Veteran, Latimojong, Sumba, dan Sulawesi. Sejumlah mahasiswa dikabarkan menyandera seorang warga negara Korea dan seorang warga keturunan di Kampus Institut Agama Islam Negeri Alauddin. Hingga petang ini, polisi masih bersiaga di titik-titik rawan.

Suasana Kota Makassar, Sulawesi Selatan, masih mencekam hingga Selasa (9/5) malam. Ribuan warga setempat masih terkonsentrasi di sejumlah sudut kota. Konsentrasi massa terlihat di sepanjang Jalan Sungai Saddang Baru, Jalan Veteran, Jalan Kawasan Somba Opu, dan Jalan Gunung Latimojong. Meski polisi berusaha memecah dan membubarkan konsentrasi massa, jumlah warga malah semakin banyak. Untuk mencegah kerusuhan, polisi bersiaga di sejumlah kawasan permukiman dan pusat perbelanjaan.

Makassar mencekam menyusul isu penganiayaan dan pembunuhan terhadap dua pembantu rumah tangga yang disebut dilakukan Wandi Tandiawan, warga keturunan. Dua pembantu Nurbaya dan Hasmiati dianiaya pada 4 Mei lalu. Hasmiati akhirnya meninggal dunia dua hari kemudian karena menderita luka-luka. Kasus penganiayaan yang dilakukan keluarga Tandiawan terungkap setelah Nurbaya sembuh dan mengadu ke polisi

Kini Wandi ditahan sebagai tersangka kasus penganiayaan dan pembunuhan. Menurut Kepala Kepolisian Kota Besar Makassar Komisaris Besar Kurniawan, pemeriksaan warga Jalan Gunung Latimojong itu masih berlangsung. Bila terbukti bersalah, tersangka dipastikan akan menerima hukuman.

Di Jakarta, Wakil Presiden Jusuf Kalla menghimbau warga Makassar tak berbuat anarkis sehubungan dengan kasus itu. Kalla mengatakan penjaga ketertiban adalah masyarakat sendiri.

SITUASI KEMBALI TENANG RABU 10 MEI
Situasi di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, sudah relatif tenang, Rabu (10/5) malam. Jalanan terlihat lengang, tidak ada lagi kumpulan massa yang bergerombol di sudut-sudut kota seperti yang terjadi sejak Selasa kemarin. Meski begitu, aparat keamanan masih tetap bersiaga di sejumlah titik yang dianggap rawan. Di antaranya di kawasan-kawasan yang dihuni warga Tionghoa dan pusat-pusat keramaian dan pertokoan

Ketegangan di Kota Makassar sempat pula dipicu aksi pelemparan oleh sejumlah mahasiswa. Tapi, menurut beberapa aktivis mahasiswa, insiden perusakan rumah dan pertokoan milik warga keturunan hanya ekses bukan tujuan utama. Menurut Ibnu Hajar, Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Islam Negeri Makassar, aksi yang dilakukan mahasiswa hanya menuntut agar Wandi diproses dengan adil. Pasalnya, selama ini sejumlah kasus yang menimpa pembantu rumah tangga selalu berakhir dengan menyalahkan pembantu karena dianggap sakit jiwa.

Sedangkan Maulana, koordinator aksi mahasiswa Universitas Negeri Makassar mengatakan, pihaknya tidak berniat melakukan perusakan. Maulana menduga ada oknum yang menunggangi aksi mahasiswa. Dia juga menjamin aksi mahasiswa tidak ada kaitannya dengan SARA tetapi untuk mendesak polisi supaya menuntaskan kasus itu dengan adil. Untuk itu, Maulana juga mengimbau agar warga keturunan tetap melakukan aktivitas seperti biasa.

0 Comments:

Post a Comment

Links to this post:

Create a Link

<< Home