Monday, December 14, 2009

Siswa Asia memboikot Sekolah South Philadelphia

PHILADELPHIA - Sekitar lima puluh siswa Asia yang takut akan keamanan mereka memboikot (tidak hadir) sekolah South Philadelphia. Persoalan utamanya adalah tingginya ketegangan sosial antara siswa Asia dan siswa kulit hitam.

“Hal ini telah berlangsung bertahun-tahun. Kini semakin lama semakin parah.” kata Siswa kelas tiga SMA Danni Glenn.

Siswa siswa Asia yang berencana tidak masuk sekolah selama seminggu, akan menginvestigasi serangan-serangan yang terjadi minggu lalu dan akan menemui pemimpin komunitas untuk menjadi solusi, tapi Glenn pesimis.

Dia mengatakan apapun yang dilakukan oleh sekolah dan otoritas lain untuk menghentikan aksi kekerasan tidak akan menghentikan apa-apa.

Minggu lalu, tujuh siswa masuk rumah sakit karena cedera ringan di rumah sakit Methodist, setelah setidaknya lima serangan yang terpisah.

Menurut siswa-siswa, perkelahian antar Siswa kulit hitam dan Asia dimulai dari jalanan dan kemudian masuk ke dalam gedung sekolah di South Broad Street. Sepuluh siswa diskorsing dan investigasi kriminal sedang dilakukan.

70% dari komunitas siswa adalah siswa berkulit hitam, 18% Asia, 6% siswa berkulit putih dan 5% Amerika latin.

Jumlah polisi sudah ditingkatkan disekitar sekolah dan cukup bisa menekan angka kekerasan, tapi bukan merupakan solusi total.

“Itu bukan jawaban yang cukup,” kata Danni. Mungkin ini bisa menjadi solusi sementara tapi akar permasalahannya adalah iklim ketegangan ras yang kental dan aksi kekerasan selama ini kurang menjadi perhatian oleh staf administrasi sekolah.

Siswa-siswa yang tidak terlibat dalam persengketaan juga bisa membantu,” kata Fernando Gallard, juru bicara distrik sekolah.

“Ini akan menjadi salah satu sasaran kami, mengumpulkan siswa-siswa dan membuat mereka berkomunikasi antar sesama dan membantu sesama,” katanya.

Transfers akan diperbolehkan bila diminta oleh siswa yang menjadi korban kekerasan, seperti yang tercantum pada hukum, katanya.

“Kita akan menjangkau banyak pihak dan mencoba menyelesaikan masalah ini secepatnya,” katanya.

PERATURAN TIDAK DITEGAKKAN
Siswa-siswa Asia percaya bahwa mereka menjadi sasara karena mereka adalah imigran dari Asia. Mereka menjadi sasaran ejekan terus menerus dan pelakunya tidak pernah di hukum oleh staf administrasi sekolah.

Walaupun pengurus sekolah dan administrasi mengklaim bahwa investigasi total sedang dilaksanakan, tapi ini tidak dilakukan sesegera mungkin. Investigasi baru dilakukan seminggu setelah aksi kekerasan berlangsung. Hal ini membuat orang-orang bertanya-tanya apakah pihak sekolah benar-benar serius dalam menangani masalah ini, atau mencoba menutup-nutupi aksi kekerasan yang terjadi.

Pada hari rabu siswa-siswa mengatakan bahwa satpam sekolah tidak melindungi mereka dari serangan, dan anggota staf mengatakan itu bukan kerjaan mereka untuk ikut terlibat.

Jack Stollsteimer, seorang mantan advokat keamanan sekolah di distrik tersebut, dimana posisi ini telah di eliminasi oleh negara bagian, mengatakan tidak terkejut akan keenganan staf sekolah untuk terlibat. Dia mengatakan staf sekolah gagal menegakkan peraturan sekolah dan tata cara kelakukan baik siswa.

Stollsteimer mengatakan ketika dia menjadi advokat, dia menemukan 70% kejadian dimana siswa melanggar peraturan sekolah dan melakukan kriminalitas sekolah, Mereka tidak tersentuh sistem disiplin sekolah. Maka dari itu siswa-siswa tau bahwa peraturan sekolah adalah sebuah lelucon. Ini yang perlu kita ubah, katanya.

Yang tragis adalah siswa-siswa yang baik dan belajar dengan rajin kini takut mendapatkan hak pendidikan. Ramifikasi dari situasi ini bisa mengubah masa depan akademik siswa dan membuat orang tua murid tertekan.

- Sumber: philly.com

Friday, December 04, 2009

Tren Imigrasi berbalik

Dengan tingkat pengangguran AS yang mencatat rekor selama 26 tahun terakhir. Warga negara Amerika akan merasakan resesi ekonomi untuk beberapa waktu.

Ahli imigrasi melihat tanda-tanda pergeseran besar tren imigrasi Amerika serikat semenjak resesi global. Berikut ini adalah perubahan yang paling signifikan.

Anda tahu AS berada dalam resesi ketika ...
Orang-orang di Meksiko mengirim uang kepada sanak keluarga di Amerika Serikat.
Pada tahun 2007, orang Meksiko yang tinggal di AS dikirim sekitar $ 26 miliar untuk kerabat yang tinggal di Meksiko. Jumlah kiriman uang jatuh ke $ 25 miliar pada tahun 2008, penurunan pertama sejak Bank Sentral Meksiko mulai melacak 14 tahun yang lalu. Dalam sembilan bulan pertama tahun 2009, Bank melaporkan bahwa hanya $ 16.4 miliar telah dikirim ke selatan, dengan 13 persen penurunan dari 2008.

Sekarang, ada beberapa tanda-tanda peningkatan “kiriman uang jalur sebaliknya,” di mana penduduk Mexico mengirim uang untuk kerabat mereka di utara perbatasan untuk membantu mereka melalui masa-masa sulit. Uang yang dikirimakn oleh tenaga kerja Mexico di Amerika adalah sumber terbesar kedua pendapatan asing (setelah minyak ekspor), sebuah contoh yang mencolok akibat banyaknya orang yang kehilangan pekerjaan di Amerika Serikat

VISA HI-B MASIH TERSEDIA
Pada tahun fiskal 2009, program visa H1-B yang membolehkan perusahaan AS untuk mempekerjakan imigran terampil (berpendidikan tinggi) ditutup dalam waktu singkat karena 65.000 aplikasi diterima hanya dalam satu hari. Pada akhir tahun 2008, perlu waktu dua hari, dan pada akhir tahun 2007, 56 hari. Tapi keadaan telah berubah. Setelah 211 hari dalam tahun fiskal 2010, ada hampir dua puluh ribu slot masih tersedia. Dengan angka pengangguran yang tinggi dan penyusutan anggaran banyak perusahaan tidak mampu menyewa dari luar negeri seperti yang mereka lakukan dalam beberapa tahun terakhir.

Terlebih lagi, perusahaan yang menerima dana talangan federal AS harus mempekerjakan pekerja atau menunjukkan mereka tidak dapat menemukan mereka jika mereka lakukan. Padahal banyak perusahaan teknologi selama bertahun-tahun telah menekan Kongres untuk meningkatkan jumlah visa H1-B, termasuk raksasa piranti lunak Microsoft.

Kekhawatiran di perbatasan AS-Meksiko menurun
Jika penangkapan di perbatasan AS-Meksiko merupakan indikasi aktivitas penyeberangan ilegal, fakta bahwa jumlah telah turun lebih dari 23 persen selama tahun lalu mungkin menunjukkan penurunan orang yang mencoba untuk melakukan perjalanan menuju AS.

Kondisi ekonomi menurun drastis dikombinasikan dengan penegakan hukum imigrasi yang ditingkatkan adalah faktor-faktor penyebab penurunan baru-baru ini. Jumlah penangkapan di daerah perbatasan untuk tahun 2009 merupakan yang paling rendah dalam 34 tahun terakhir. Pada saat yang sama anggaran patroli perbatasan telah meningkat menjadi hampir $ 11 miliar, naik dari $ 6 miliar pada tahun 2004.

Banyak orang Amerika mencari pekerjaan di luar negeri.
Koran USA Today melaporkan bahwa lebih banyak orang Amerika yang mencari pekerjaan di luar negeri daripada di masa lalu. Ada pula tanda-tanda bahwa Amerika lebih bersedia untuk mempertimbangkan bekerja di luar negeri. Perusahaan kepegawaian, Tenaga Kerja, mengatakan memiliki 500 klien mencari kerja di luar negeri, dibandingkan beberapa puluh enam bulan yang lalu. Dan survei baru-baru ini eksekutif di AS mengungkapkan bahwa 54 persen kemungkinan besar akan mengambil pekerjaan di negara lain, dibandingkan dengan 37 persen pada tahun 2005. Dimana mereka mencari pekerjaan? India, Cina, Brazil, Dubai, dan Singapura.

Imigrasi melambat
Ketika dirilis Biro Sensus tahun 2008 data dari Survey Masyarakat Amerika September ini, angka imigran sering membuat berita, karena angka-angkanya yang fantastis, tapi kali ini angka imigrasi tidak berkembang. Setelah bertahun-tahun pertumbuhan cepat, ukuran populasi lahir asing di AS secara statistik tidak berubah dari tahun sebelumnya. Sementara beberapa pengurangan dapat disebabkan oleh bertambah-tambah tindakan penangkapan di perbatasan, tempat kerja, dan penegak hukum lokal.

Tidak jelas berapa lama tren imigrasi AS akan berlangsung. Menteri Keamanan Dalam Negeri Janet Napolitano dalam sebuah pidato pada hari Jumat mengumumkan bahwa administrasi Obama bergerak maju dengan reformasi imigrasi mencatat bahwa pemerintahan ini telah meraih “perubahan mendasar” (tidak diragukan lagi dibantu oleh dampak resesi itu) dalam keamanan perbatasan dan penegakan terhadap majikan mempekerjakan ilegal imigran.

Ia mengatakan bahwa berkurangnya aliran masuk bersama-sama dengan hasil penegakan hukum imigrasi yang lebih baik membuka prospek untuk reformasi hukum imigrasi, termasuk program legalisasi imigran tidak sah untuk membawa keluar dari kegelapan. Mari kita berharap dia benar. - Brooking Institute

Kursus Fotografi

Akhir tahun ini saya ingin mengadakan kursus fotografi
digital pemula bagi warga Indonesia untuk mengisi liburan akhir tahun. Minggu, tanggal 20 Desember, 27 Desember 2009 dan 3 Januari dan 10 Januari 2010

Apa yang akan dipelajari:
1. Dasar fotografi
2. Mengunakan kamera dan peralatan fotografi
(baik kamera saku maupun kamera DSLR)
3. Pencahayaan
4. Olah digital
5. Macam-macam jenis fotografi (pernikahan, olahraga dsb)

Syarat: Punya kamera digital merek apa saja.

Untuk pendaftaran dan informasi, hubungi :
Enche (215-459-4057) Tempat terbatas, hanya 10 peserta.

Thursday, November 12, 2009

Sekelumit Kisah Tentang The Arc of Philadelphia dan Pendidikan Khusus bagi Anak

Bagi keluarga yang memiliki anak yang mengalami keterlambatan perkembangan dan intelektual (development/intellectual disability), mencari informasi dan bantuan yang sesuai untuk anak mereka di Philadelphia bukanlah suatu hal yang mudah. Apalagi jika mereka tak bisa berbahasa Inggris.

“Setiap hari kami berbicara dangan orang-orang yang tidak mengerti hak mereka dan kesulitan memahami sistem pendidikan khusus yang sesuai untuk anak mereka,” jelas Donna Bouclier, direktur The Arc of Philadelphia. The Arc of Philadelphia, yang didirikan pada tahun 1948 oleh sekelompok orang tua, adalah salah satu cabang Arc yang tertua di Amerika dan salah organisasi pertama yang memberi layanan bagi mereka yang mengalami kelemahan intelektual (intellectual disabilities). Para orang tua pendiri Arc ini bekerja keras memperjuangkan hak-hak anak-anak yang mengalami kekurangan tersebut. Mereka berjuang agar setiap anak bisa mendapatkan hak pendidikan yang sama, tanpa membedakan kemampuan intelektual mereka.

Menyadari banyaknya keluarga imigran yang memerlukan bantuan mereka namun tak bisa berbahasa Inggris, Bouclier lalu mempekerjakan beberapa konsuler dwibahasa, di antaranya konsuler yang bisa berbahasa Spanyol. Jika ada keluarga yang membutuhkan layanan bahasa tertentu, misalnya Bahasa Indonesi, a dan the Arc of Philadelphia tidak mempunya staf yang bisa berbahasa tersebut, mereka akan mengupayakan jasa penerjemah dari tempat lain.

Di Philadelphia, satu dari sepuluh anak sekolah, menerima suatu pendidikan khusus, yang disebut Individualized Education Plan (Rencana Pendidikan Individu). Program ini berlaku untuk anak yang mengalami masalah intelektual seperti autisme, dyslexia, cacat otak, ataupun anak-anak berbakat (gifted child). Namun sangat disayangkan, menurut Bouclier, masih banyak keluarga di Philadelphia yang belum mengetahui program-program ini sehingga anak mereka tidak bisa menikmat pendidikan “khusus."

Keluarga Indonesia yang membutuhkan informasi lebih lanjut tentang layanan The Arc of Philadelphia bisa menghubungi : The Arc of Philadelphia / PDDC
2350 West Westmoreland Street, Philadelphia, PA 19140, 215-229-4550 (bahasa Inggris) atau mengunjungi website : www.arcpddc.org. (Indah N)

Wednesday, November 04, 2009

Kursus singkat penulisan memoar My Life in Philadelphia

Kursus Penulisan Memoir "My Life in Philadelphia"

Ayo berbagi cerita. Tuangkan kisah hidup Anda dalam antologi memoir "My Life in Philadelphia." Anda akan dibimbing oleh instruktur berpengalaman dalam kursus selama 4 minggu. Hasil karya Anda akan diterbitkan dalam bentuk buku berbahasa Indonesia dan Inggris. Kursus akan berlangsung di: Tasty Asia (18th and Washington Avenue, Philadelphia, PA 19146) setiap hari Minggu pukul 11 AM sampai 1 PM. Tempat terbatas. Kursus ini bebas biaya dan kali ini hanya untuk wanita. Sertifikat tersedia bagi yang memenuhi syarat.


Untuk pendaftaran dan informasi, hubungi :
Indah Nuritasari (267-632-1833)

Kursus, penerbitan buku, dan dokumentasi multimedia untuk acara ini didanai dengan "Leeway Foundation Art and Change Grant 2009" (www.leeway.org)

Saturday, April 04, 2009

Kasus suap yang melibatkan agen tenaga kerja terkuak Orang Indonesia terlibat

PHILADELPHIA - Seorang pemeriksa senior yang bekerja untuk departement tenaga kerja di New Jersey mengaku bersalah kemarin hari Selasa, setelah menerima suap sebesar 1.8 juta dollar dari berbagai agen tenaga kerja yang seharusnya dia periksa / audit.

Pegawai agen tenaga kerja sementara yang menyuap Joseph Rivera (pemeriksa) juga mengaku bersalah. Ada juga pemeriksa kedua dan dua operator agen tenaga kerja sementara juga didakwa kemaren di Camden.

Pemeriksa senior Joseph Rivera, mengaku bahwa agensi agensi menyuap dia supaya tidak melakukan pemeriksaan terhadap pembukuan mereka. Meskipun tidak memeriksa mereka, Rivera menyarankan agen-agen tersebut untuk mengikuti hukum yang berlaku.
Rivera, yang memiliki gaji sebesar $68,000 menerima suap hampir selama enam tahun. Dia memiliki dua rumah di Ocean City, N.J dan satu lagi di Fort Lauderdale, Florida, sebuah mobil Lexus, batangan emas adan perak dan koleksi koin berharga tinggi.

Dia setuju untuk menyerahkan harta-hartanya juga termasuk 120,000 dolar uang tunai.
Rivera, 53, dari Sicklerville, juga mengaku bersalah atas tuduhan penyalahgunaan pajak, dan dapat dihukum sampai 15 tahun bersalah oleh pengadilan. Pengadilan akan berlangsung Juli nanti. Dia dibiarkan bebas dengan jaminan $100,000.

Rivera sebenarnya bertugas untuk memeriksa apakah agen-agen tenaga kerja telah mengikuti aturan yang berlaku seperti upah minmum, pajak, kompensasi karyawan dan urusan lainnya.

Dia menghitung nilai suap berdasarkan 25 sen di lipatkan dengan total jam karyawan bekerja, kata Jaksa penuntut. Jaksa lain, Ralph Marra mengatakan motif Rivera adalah “murni karena rakus.”

“Aksi Rivera yang korup merugikan pabrik-pabrik yang mengunakan tenaga kerja yang sesuai dengan hukum,” kata Marra.

Kasus ini dimulai dari penangkapan Ferry Chandra, seorang operator agen tenaga kerja yang beroperasi di Philadelphia. Ferry menawarkan sogokan terhadap agen IRS untuk menyelesaikan tunggakan pajak di dua agensi yang dia kelola, kata jaksa. Ferry di jatuhi hukuman 18 bulan penjara tahun lalu.

Jaksa tidak menceritakan secara detail bagaimana kasus Ferry bisa merambat ke kasus Rivera.

Rivera mengaku hari Selasa lalu mengambil sogokan sejak tahun 2002 dari 20 operator dari berbagai agen tenaga kerja sejak 2002. Penyelidik menemukan catatan di rumah yang menunjukkan bukti sogokan yang dia terima dari beberapa orang.

Channavel “Danny” Kong, seorang pria asal Philadelphia yang mengoperasikan Sunrise Labor, telah membayar Rivera sebesar $47,523 sejak 2006, menurut catatan pembukuan tersebut.

Lalu, Thuan Nguyen, seorang pria asal Philadelphia yang mengoperasikan N & T Staffing Inc. dan juga terlibat dalam dua perusahaan lainnya, telah membayar Rivera sebesar $130,100 sejak 2006.

Nguyen dan Kong, sama sama berusia 37 tahun, muncul pertama kalinya dalam pengadilan kemaren dan di lepaskan setelah membayar jaminan sebesar $50,000.

Ada lagi pegawai agen tenaga kerja asal Indonesia bernama Yohan Wongso, umur 27 tahun asal Philadelphia, mengaku bersalah kemaren karena kasus serupa. Jaksa tidak mengatakan dimana dia bekerja, tapi Wongso mengaku menyuap Rivera dari berbagai perusahaan tempat dia bekerja.

Nasib Wongso akan ditentukan di bulan Juli. Saat ini dibebaskan dengan jaminan sebesar $50,000.

James Peyton, seorang pemeriksa dari departement tenaga kerja yang bekerja sama dengan Rivera, juga dikenakan dakwaan menerima suap.

Dalam wawancara dengan penyelidik, Peyton mengatakan bahwa sejak tahun 2005, dia telah menerima sekitar $8,000 setiap caturwulan dari agen-agen tenaga kerja, biasanya untuk menurunkan figur pajak tiap perempat tahun.

Peyton, 71, dari Salem, ditangkap dalam rekaman rahasia menerima suap dari Wongso, kata dokumen tersebut.

Peyton, dilepas dengan jaminan sebesar $50,000, dan telah menyerahkan dokumen pengunduran diri bulan mei, kata ofisial.

Departmen tenaga kerja David J. Socolow mengatakan kemaren bahwa departemen sedang dalam proses untuk memecat mereka.

Dia mengatakan bahwa FBI telah memberitahu departmen tahun lalu, dan departemen telah bekerja sama dengan penyelidik. Dia mengatakan, departemen kini sedang memeriksa kasus Rivera dan Peyton.

“Kami sangat kecewa dengan aksi melanggar hukum yang dilakukan pegawai kami,” katanya.

Troy Graham dari Philadelphia Inquier

Ada komentar untuk dimuat di DK?
tuliskan ke enche@dunia-kita.com
atau sms ke 215 459 4057

Friday, November 21, 2008

Tante Obama ternyata imigran gelap yang asylumnya ditolak

BOSTON - Zeituni Onyango datang ke Amerika Serikat mencari suaka politik/asylum dari negaranya, Kenya, tapi ditolak oleh pengadilan dan diperintahkan untuk meninggalkan negara AS tahun 2004.

Empat tahun kemudian, dia tetap berada disini. Dan keponakannya telah terpilih menjadi presiden AS yang ke-44 Januari tahun depan.

Hubungan keluarga Onyango dan Barack Obama disorot dalam fenomena masalah imigrasi AS yang kompleks. Sekitar setengah juta orang hidup dalam status imigran gelap di Amerika, dan banyak diantaranya diperintahkan untuk meninggalkan negara AS (deportasi).

Departemen Penegakkan imigrasi Amerika telah meningkatkan usaha mereka untuk menangkap imigran gelap di dalam negeri, dan kini memiliki kurang lebih 100 tim operasi pencarian dan penahanan.

Tahun lalu, tim-tim ini telah menahan 34,000 orang, lebih dari dua kali lipat dari dua tahun yang lalu. Tapi masih ada sekitar 560,000 imigran gelap di AS saat ini.

Orang-orang yang menjadi sasaran pencarian dan penahanan adalah orang-orang seperti tante Obama, yang mencari perlindungan asylum tetapi telah di tolak dan diperintahkan pengadilan untuk meninggalkan negara AS. Sebagian dari mereka masuk ke AS dengan cara ilegal. Dan banyak pula yang tidak hadir dalam sidang hearing deportasi mereka.


Seringkali, imigran gelap yang telah diberikan deportasi imigrasi diberikan waktu untuk mempersiapkan untuk pulang kembali ke negara asalnya. Mereka tidak dipaksa deportasi secara langsung. Mereka telah dipercaya dan diberikan kesempatan dan dihargai.

Secara umum, bila imigran gelap tidak melanggar hukum, dan ditangkap polisi atau digrebrek di tempat kerja, kemungkinan besar mereka tidak akan terjaring untuk ditahan dan dipulangkan.

Hal-hal demikian membuat para senator atau anggota kongres untuk tidak menyetujui untuk memberikan status legal kepada imigran gelap yang berada di AS, karena bila dilegalkan, ketidakpedulian dan sikap tidak hormat imigran gelap akan terus menjadi-jadi dan meningkatkan imigran gelap di masa depan.

“Kita percaya akan penegakkan hukum imigrasi dan hukum imigrasi, dan merupakan prioritas untuk menyebarkan pesan diseantero negeri, bahwa bila imigran gelap telah pernah melakukan perbuatan kriminal atau telah diperintahkan untuk deportasi, tapi jika mereka tetap bersembunyi dan menolak perintah tersebut, mereka akan ditindak,” kata Jack Martin, dari federasi reformasi imigrasi Amerika Serikat.

TANGKAP DAN LEPAS
Ofisial pemerintah mengatakan mereka akan bekerja keras dengan dana dan kekuatan personil yang ada, dan akan memfokuskan pada kasus-kasus yang paling serius, terutama yang berkaitan dengan imigran yang melakukan tindak kejahatan kriminal di AS.
“ICE (lembaga penegakkan hukum imigrasi) telah melakukan banyak upaya dan langkah-langkah untuk menyelesaikan kasus-kasus ini dan menahan tersangka-tersangka,” kata jubir Richard Rocha. “Tetapi, kita memprioritaskan terutama kepada pelanggar hukum imigrasi dan pelaku kriminal.”

Secara keseluruhan, terdapat 11 juta imigran gelap yang hidup di AS tahun lalu. Tahun lalu, pemerintah menahan dan mendeportasi kurang lebih 350,000 orang menurut ICE.
Agen pemerintah dikritik karena aturan “tangkap dan lepas” yaitu imigran gelap yang setelah ditahan, dilepaskan dengan jaminan dan diperintahkan untuk datang ke pengadilan pada tanggal tertentu. Kini, banyak praktek yang menahan imigran yang ditangkap sampai sidang hearing mereka.

Setelah membayar $40,000 kepada penyelundup untuk membawa keluarganya ke Amerika Serikat, Juan asal Bolivia dan istri dan anaknya yang berusia 3 tahun ditangkap sewaktu mereka menyeberang perbatasan. Seorang hakim memerintahkan keluarganya untuk kembali ke negara asalnya tapi membebaskannya dengan jaminan dan memberikan waktu 3 bulan untuk meninggalkan AS.

KELUAR DARI BAYANGAN
Setelah hidup di AS selama sembilan tahun, mereka masih ada di AS. Tapi mereka menghindari keluar dari masyarakat dan menolak menyetir takut dihentikan polisi.
“Ini sesuatu yang sangat menyedihkan membayangkan bila besok, seseorang akan mengetok pintu dan semuanya akan selesai,” kata Juan.

Tapi dia mengatakan ini lebih baik daripada balik ke negara asalnya, Bolivia, dimana prospek finansial di masa depan suram.

“Untuk saya, yang terbaik adalah memberikan pendidikan kepada anak-anak saya dan ini yang saya bisa berikan untuk anak-anak saya disini.,” kata Juan, seorang ayah berusia 38 tahun. Juan bekerja dsebagai pekerja konstruksi di Maryland yang saat ini sebagai tulang punggung dua anak perempuannya yang tinggal di Bolivia. Dia mengatakan dia hanya bisa memberikan nama depannya untuk melindungi keluarganya.

Advokat imigrasi mengatakan banyak imigran yang menghindari perintah deportasi karena mereka telah hidup di AS bertahun-tahun dan telah menikah dan memiliki banyak anak di dalam komunitas.

NASIB ONYANGO
Tidak jelas kapan Onyango, tante Obama dari pihak ayahnya, datang ke AS. Tapi dia pindah ke perumahan yang disubsidi Amerika di Boston tahun 2003.

Setelah diberitakan keberadaan dia di media massa beberapa hari sebelum pemilu, Onyango pindah ke negara bagian Cleveland, dimana dia membayar pengacara untuk melawan perintah deportasi. Dia tinggal bersama relatifnya, kata pengacara, Margaret Wong.

Pihak Obama mengatakan Barack tidak tahu tentang status tantenya. “ Jika dia melanggar hukum, hukum itu harus ditaati,” kata Obama sebelum pemilu.

“Saya minta kepada presiden yang baru untuk membuat peraturan baru yang mengijinkan kita untuk menjadi legal, memiliki surat-surat,” kata Juan.. “Saya tidak keberatan membayar denda, tapi saya ingin keluar dari bayangan.” katanya mewakili imigran gelap lainnya.

Friday, May 23, 2008

Surat Pembaca

Saya sangat trenyuh sekali mendengar seringnya penangkapan - penangkapan belakangan ini. Dan ini juga terjadi pada adik saya, suaminya dipulangkan karena orang yang dicari tidak ada, maka orang yang ada dirumah yang dibawa. Padahal adik saya sudah memakai lawyer yang paling mahal di Philadelphia ini. Segala usaha sudah dilakukan oleh Lawyer ini, dan kami percaya akan hal itu. Tetapi seakan - akan mentok di Federal. Mungkin, jika saudara - saudara pembaca adalah adik saya, pastilah merasakan putus asa. Adik saya sudah berulang kali menanyakan sampai di mana kasusnya, jawaban dari sang lawyer hanya "We can't do anything, just wait".

Adik saya sering ditelpon oleh orang - orang yang mempunyai problem yang sama, mereka saling tukar informasi, saya sangat menghargai mereka. Selain itu mereka saling menguatkan satu dengan yang lain. Diantara mereka ini, ternyata ada yang memakai lawyer yang sama dengan lawyer dari adik saya. Apa yang dijelaskan lawyer ini kepada mereka dan yang dijelaskan kepada adik saya sama persis.

Dia mengatakan bahwa pimpinan federal sama sekali tidak menghargai orang Indonesia, karena begitu kasusnya ditolak langsung melarikan diri. Saya tidak menyalahkan orang - orang ini, karena saya sangat memahami keberadaan mereka. Yang membuat saya kurang begitu senang adalah tindakan dari pimpinan Federal, yang begitu tahu kasus yang di tangannya adalah kasus milik orang Indonesia, maka langsung ditolak, tanpa dibaca, diteliti dan di telaah.

Saya mengharapkan adanya suatu pembelaan dari pihak - pihak yang berwenang dan diakui keberadaanya di Amerika.

Jadi saya usul, bagaimana jika orang - orang Indonesia di Philadelphia ini membentuk suatu organisasi non politik yang berfungsi untuk menaungi komunitas Indonesia di Philadelphia. Dengan begitu, maka pihak Imigrasi tidak sewenang - wenang terhadap orang Indonesia. Saya menghimbau para hamba - hamba Tuhan dari seluruh gereja Indonesia di Philadelphia ikut dalam memikirkan hal ini. Kita lihat orang dari bangsa asia lain, mereka kuat, karena ada organisasi yang menaungi mereka.

Saya lihat, banyak sekali orang - orang datang ke gereja dengan tujuan untuk meminta perlindungan. Mungkin hal ini juga dirasakan oleh para hamba Tuhan di Philadelphia ini. Saya lihat banyak jemaat datang ke satu gereja Indonesia terbesar di Philadelphia, ternyata mereka datang hanya sekedar rutinitas, jika terjadi sesuatu dan lain hal, maka hamba Tuhan ini dapat menolongnya. Saya salut dengan hamba Tuhan yang satu ini, karena beliau sangat memperhatikan orang - orang Indonesia. Tetapi bagaimanapun juga ada keterbatasan juga.

Jadi usulan saya, hanya satu, yaitu adanya organisasi yang bertujuan melindungi komunitas Indonesia di Philadelphia ini. Yang paling penting, oraganisasi ini tidak ada unsur politik, sara dan sebagainya. Semua orang mendapatkan perlakukan yang sama. Dan organisasi ini tidak terikat dan di bawah organisasi lain (gereja, masjid, vihara, dll).

Sekian usul dari saya dan Tuhan memberkati kita semua.

Friday, May 02, 2008

Tabligh Akbar FPI, FPI, HTT, FUI, dan MMI Coreng Nama Islam

BANJAR, JAWA BARAT - Tabligh Akbar pada tanggal 14 Februari 2008 di Kota Banjar, Jawa Barat. Diselenggarakan oleh FPI, HTT, FUI, dan MMI. Menampilkan Ust. Abu Bakar Baasyir, Ust. Ir. Muhammad Al Khathath, Ust. Sobri Lubis.

Mereka mengklaim kebenaran adalah milik kelompok mereka, kelompok lain sesat dan harus dibunuh. Kali ini kelompok Ahmadiyah yang akan di bunuh, mungkin setelah selesai dengan Ahmadiyah, mereka akan membunuh juga kelompok-kelompok lain yang tidak sepandangan dengan kebenaran dari sudut pandang mereka. Dendam dan kebencian mewarnai acara tersebut dan pemimpin mereka menularkannya kepada rakyat yang tidak tahu apa-apa. Inilah bibit pembantaian yang terjadi di Poso, Ambon dan tempat-tempat lain di Indonesia.

BUNUH AHMADIYAH
Salah satu pembicara di dalam Tabligh Akbar tersebut adalah ustad Sobri Lubis, yang menyerukan untuk membunuh umat Ahmadiyah dimanapun berada. Selain itu dia menegaskan bahwa dia sendiri dan pemimpin FPI, Habib Rizieq yang akan menanggung dunia akheratnya.
Ustad Sobri juga mengecam Gus Dur yang dikatakan mendukung Ahmadiyah demi untuk menjilat setan Amerika dan iblis Inggris demi mendapatkan dukungan untuk pemilihan presiden tahun 2009.

Ust. Ir. Muhammad Al Khathath dalam pidatonya menyerukan protes massal mengepung istana merdeka untuk memaksa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menetapkan bahwa kelompok Ahmadiyah adalah aliran sesat.
Selain itu juga mengancam wapres Jusuf Kalla untuk tidak mendukung kelompok Ahmadiyah demi kepentingan perolehan suara pemilu tahun depan.

PEMERINTAHAN ISLAM
Ust. Abu Bakar Baasyir menyampaikan bahwa pemimpin yang berhasil bukan pembangunan, tapi adalah penerapan moral yang bejat menjadi moral yang baik. Dan hal tersebut tidak bisa dicapai tanpa diterapkan syariat Islam di Indonesia.

“Persoalan syariat Islam adalah harga mati, tidak ada tawar menawar,” katanya.
Ust. Baasyir berpendapat bahwa pemerintahan Indonesia harus diganti menjadi pemerintahan berlandasan Islam, dan mengajak hadirin untuk bergabung untuk berjuang bersama.
Apakah ini Citra Islam yang ingin ditampilkan di panggung dunia dari Indonesia? Apakah Islam seperti ini yang kita kehendaki? Yang memiliki wajah seram dan sangar.
Jawabannya: Tidak Sama Sekali!!!

Semoga Pemerintah Indonesia menindaklanjuti kasus ini agar Indonesia bisa menampilkan citra Islam yang damai dan menjadi rahmat bagi seluruh umat manusia.
Kelompok mereka yang berjalan di garis keras sangat sedikit. Bisa dikatakan minoritas. Tapi mereka menggunakan cara kekerasan untuk menakut-nakuti kelompok mayoritas yang lebih memilih jalan damai.

Acara ini sebagai bukti sehingga seluruh Rakyat Indonesia dapat ikut mendesak dan mendukung Pemerintah Indonesia untuk jangan ragu menindak mereka yang menebarkan benih kebencian dan kekerasan di negeri Indonesia. Ini sekaligus menjaga kehormatan Bangsa Indonesia sebagai negara yang bisa memberikan perlindungan bagi warga negaranya yang merasa diancam dengan cara-cara kekerasan tersebut.

Akhir kata, cara kekerasan tidak akan pernah menyelesaikan masalah. Bila sudah menggunakan cara kekerasan, ini bukan saja masalah internal umat Islam, tetapi masalah seluruh Rakyat Indonesia, bahkan Dunia. Kekerasan merupakan benih perpecahan dan kehancuran bagi seluruh umat manusia.

Video bisa dilihat di: http://www.youtube.com/watch?v=U7RLCXNdKF4

Friday, November 02, 2007

Akibat Penggrebekan Fatal untuk anak-anak yang ditinggal

La Opinión, News Report,
Maribel Hastings, diterjemahkan oleh Elena Shore, Nov 01 2007

CATATAN: Laporan pertama yang menganalisa dampak penggrebrekan terhadap anak-anak menemukan efek psikologis yang besar, termasuk depresi, post-trauma stress dan bahkan pemikiran untuk bunuh diri.

WASHINGTON, D.C. — Untuk setiap dua orang dewasa yang ditahan karena penggrebekan imigrasi, seorang anak tertinggal. Dua pertiga anak-anak ini adalah warganegara Amerika Serikat., lebih dari sepertiga adalah anak-anak berusia dibawah 6 tahun, dan hampir dua pertiga anak-anak tersebut dibawah 11 tahun, menurut studi dari National Council of La Raza (NCLR) dan the Urban Institute. Laporan berjudul “ Membayar dampak Penggrebrekan Imigrasi terhadap anak-anak Amerika.” adalah pertama kali menganalisa masalah ini.Pengarang dari studi ini meminta Konggres untuk melakukan sidang hearing untuk dengar pendapat dan pengalaman anak-anak yang menjadi korban penggrebrekan ini.

Lebih dari lima juta anak di USA, tiga juta diantaranya warganegara AS, sedang berada dalam resiko dipisahkan dari orang tuanya karena penggrebrekan. Ini adalah anak-anak yang setidaknya memiliki satu orang tua yang tidak memiliki surat. dan banyak diantara mereka yang telah dipisahkan dari keluarga mereka.

Anak-anak itu menghadapi kerusakan psikologis dalam jangka waktu pendek dan panjang ketika mereka dipisahkan dari kedua orang tuanya. Ini termasuk depresi, post-trauma stres, kegelisahaan, perasaan diabaikan dan pemikiran untuk bunuh diri. Penggrebrekan juga memiliki dampak ekonomi terhadap keluarga dan membuat anak-anak sulit berkonsentrasi dalam sekolah.

Jaringan pendukung seperti keluarga, gereja dan organisasi swadaya masyarakat juga telah menerima dampak dari penggrebrekan, akibat gagalnya reformasi imigrasi komprehensif tahun ini.

“Semua anak-anak ini dalam resiko karena penggrebrekan telah menjadi hal yang biasa dan alat pemerintah federal untuk menegakkan hukum imigrasi, kata Randy Capps, demografer dari the Urban Institute dan pengarang dari laporan ini.

Studi ini menganalisa efek dari penggrebrekan di tiga komunitas: Greeley, Colo., Grand Island, Neb., dan New Bedford, Mass.

Di tiga kota ini, terdapat total 912 orang dewasa yang ditahan, mengakibatkan 506 anak telantar. Tahun ini saja, Capps menjelaskan, lebih dari 4,000 orang telah ditahan dalam penggrebrekan imigrasi.

Capps mengatakan kepada koran berbahasa Spanyol La Opinión kalau peneliti-peneliti tidak tahu berapa banyak anak-anak berwarganegara Ameriak harus meninggalkan AS untuk bertemu kembali dengan orang tuanya. “Tapi ini salah satu yang kita sedang teliti,” katanya.
Janet Murguía, presiden dan CEO dari NCLR, berharap laporan ini membuka jalan untuk lebih banyak studi dalam situasi yang dia katakan “Anggota masyarakat yang paling rawan menjadi korban.” Dia mendesak Konggres dan pemerintah untuk “memisahkan emosi dengan rasional dalam masalah imigrasi AS dan mencari jalan untuk mengimplementasikan hukum untuk menjamin perlindungan anak-anak.

Laporan ini juga meminta Konggres mengalokasikan dana untuk organisasi yang menyediakan dukungan anak-anak korban penggrebrekan dan juga sekolah dan agensi lokal untuk menyiapkan rencana khusus untuk merespon penggrebrekan yang marak thaun ini. Keluarga harus juga menyiapkan rencana darurat untuk mencari jalan keluar bila mereka ditahan dalam penggrebrekan dan juga menyiapkan dokumen anak-anaknya terutama kalau anak tersebut adalah berwarganegara Amerika.

Menurut laporan, pengalaman dari tahanan bervariasi: Beberapa dideportasi setelah 24-48 jam setelah digrebek (mayoritas adalah asal Mexico); yang lain ditahan sampai enam bulan; banyak tahanan dipindahkan ke pusat penahanan diluar state. Tahanan yang mengidentifikasikan diri sebagai orang satu-satunya yang bertanggungjawab atas anak-anak atau keluarganya harus membayar minimum $1,500, tapi menurut laporan, “Beberapa yang diwawancarai membayar sampai $10,000 dalam beberapa kasus.”

Ada setidaknya 10 persen dari tahanan menghadapi dakwaan kriminal, terutama karena mengunakan dokumen palsu.

Rosa Maria Castaneda, seorang peniliti di Urban Institute, menjelaskan pada hari penggrebrekan terjadi, otoritas imigrasi tidak sensitif terhadap orang tua dan kebutuhan anak-anak. Banyak orang tua bahkan tidak mengatakan bahwa mereka memiliki anak karena takut anaknya diambil oleh negara. Mereka tidak diperbolehkan mengunakan telepon gengam, “bahkan dari ponsel mereka sendiri,” untuk memberitahukan anak mereka bahwa mereka telah ditahan.

“Dalam tiga tempat yang diteliti, anak-anak tersebut tinggal sendiri setidaknya satu hari tanpa orang tua mereka,” kata Castaneda, yang kemudian tuan rumah, sekolah, babysitter menjaga anak itu.

Beberapa keluarga dari tahanan bersembunyi di basement berminggu-minggu karena takut otoritas imigrasi.

Tetapi setelah penggrebrekan itu, tidak hanya berdampak pada anak-anak secara psikologis. Dalam ukuran ekonomi, tiap keluarga mengalami penurunan pendapatan (bila salah satu orang tua tertahan). Jaringan pendukung yang bertindak sebagai responder pertama juga terkena dampaknya.

Anggota keluarga yang bertanggung jawab atas anak tersebut kehabisan uang dalam waktu singkat. Karena mereka juga takut dideportasi, mereka tidak mencari layanan untuk membantu anak-anak yang berwarganegara AS.

Gereja-gereja dan organisasai NGOs membantu keluarga yang terkena dampaknya, tapi sumber daya mereka terbatas dan hanya dapat menyediakan bantuan tiga sampai empat bulan.
Sekolah juga mengambil peran: dalam kasus Grand Island, beberapa guru sukarela untuk mengantar anak-anak tersebut pulang ke rumah.

Jaringan pendukung dianggap sukses dalam batasan bahwa tidak ada laporan bahwa anak-anak tersebut dibawa oleh negara. Tapi beberapa kelompok telah menerima telepon mengenai anak-anak yang telah diambil oleh negara.

Hukum Kongresional bertajuk “Keluarga Utama,” ditulis oleh Rep. Hilda Solis, D-Calif,dan Sen. John Kerry, D-Mass., mendesak otoritas imigrasi untuk mengimplementasikan kebijakan yang lebih manusiawi dalam penahanan dan proses imigran ilegalterutama bila hidup anak-anak mereka menjadi taruhan.

Thursday, October 25, 2007

Surat Pembaca

Serem jg baca ceritanya Mas Enche. Terus terang buat was was saya pribadi krn saya punya anak masih kecil kecil banyak lagi empat orang. Mas Enche tahu kan di negeri kita sekarang sekarang ini seperti apa. Kalau pulang suami mau kerja apa sudah umur, modal tidak ada rumah belum punya, saya tidak kerja krn urus anak anak. kasian anak anak masa depannya masih panjang. Saya hanya bisa pasrah dan berdoa kepada TUHAN itu yg saya bisa krn saya tidak bisa berbuat apa apa. Disini sesuatunya bisa berubah setiap saat yg kita tidak tahu, kita menyadari krn kita hanya kaum pendatang disini.

Jujur saya pernah merasakan kalau saya sedkit dibedakan sedih juga kalau berkumpul atau mungkin hanya perasaan saya saja kadang orang susah spt saya tidak dilihat, lain halnya kalau disini berhasil punya mobil bagus rumah bagus kerjaan bagus kadang juga yg sudah berhasil suka lupa diri merasa lebih kadang lihat sebelah mata . Saya tidak iri atas keberhasilan u/ orang orang yg sukses mungkin juga krn hasil kerja keras mereka sendiri.

Mas Enche hanya beberapa orang Indo yg melakukan kejahatan kriminal spt bobol kartu kredit, jual obat obatan dll, membuat yg lain susah. Kenapa jauh jauh datang dari Indo bukan cari uang malah berbuat kejahatan sayang sekali kan.

Saya dengar isu yg agennya orang Indolah jadi banyak ketangkap (semoga tidak benar), mungkin juga kita harus waspada dari isu isu yg beredar malah membuat kita terpecah belah satu sama lain, jangan sampai kita termakan isu tsb.

Ini hanya ide saya bagaimana kalau semua pemimpin agama u/ orang Indo yg ada di sini berkumpul bersama membuat kesepakatan u/ mengajak umatnya/jemaat atau pengikut berkumpul bersama disatu tempat baik agama Kristen, Hindu Budha dan Islam, saling memperat kerukunan satu sama lain, u/ menghilangkan kecurigaan.

Hilangkan rasa iri, perbedaan ras (pribumi non pribumi) gelap dan terang, agama
Marilah kita bersama sama berdoa u/ keselamatan bersama, krn kita kesini kan punya niat baik u/ keluarga.

Betapa indahnya kalau kita bersatu.

Friday, October 19, 2007

Penggrebekan Hari Senin Malam

PHILADELPHIA - Hari Senin 14 Oktober yang lalu, setengah lusin petugas mengaku dari kepolisian mencoba memasuki salah satu rumah di sekitar Moore dan 16 th Street.
Saat itu pukul 6.50 pm. Pertama-tama terdengar ketukan dan bel dari pintu, tidak berapa kemudian gedoran semakin kencang dan bel berdering tanpa henti. Saya sedang berada dalam kamar rumah tersebut, saat itu saya sedang bertamu.

“Ini sepertinya tidak wajar ce” kata temanku sambil mencoba mengintip dari pintu kamar. Tidak lama kemudian gedoran pintu semakin kencang disertai teriakan “Police, open the door!” Petugas yang saya curigai sebagai ICE itu (Immigration Custom Enforcement) lalu mengepung rumah dari depan dan belakang. Mereka mengarahkan senter ke lantai atas.

Teman saya lantas mematikan lampu dan terus berdoa dalam hati. Ada enam orang di dalam rumah berlantai tiga itu, tidak ada yang membukakan pintu.

20 menit berlalu, terdengar suara dari belakang rumah “They work!, they work!” dan tak lama kemudian tidak terdengar suara apa-apa lagi. Hening dan gelap gulita.

Tak lama, penghuni rumah pun saling berkomunikasi, ada apa? bagaimana keluar dari rumah ini? dari pembicaraan diketahui bahwa memang ada dua penghuni rumah yang kasus asylumnya telah mencapai banding/appeal ke II yaitu mewajibkan aplikan untuk kembali ke negara asalnya.

Lantas bagaimana langkah selanjutnya? Penghuni kamar depan mengatakan bahwa ada kemungkinan petugas masih mengintai dan bersembunyi di rumah warga Amerika yang berkulit hitam di depan rumah.

Tidak ada yang berani keluar dari rumah maupun menyalakan lampu atau membunyikan suara, Saluran telepon dimatikan dan tidak ada yang berani mem-flush toilet setelah dipakai.
Lalu berkembanglah skenario keluar dari rumah itu. “Kita perlu evakuasi.. tapi kapan?” tanyaku. Ada yang mengusulkan supaya memanggil pengacara supaya bisa membantu penghuni rumah keluar.

Tapi adapula yang tidak setuju karena tidak ingin terjerat masalah hukum. Akhirnya penghuni rumah menunggu situasi yang lebih baik.

Jam 10.30 saya dan teman saya tertidur, setelah dia menyiapkan beberapa pakaian dan dokumen-dokumennya. Pukul 12.30 malam itu juga saya dibangunkan. Kabarnya ada yang akan menjemput, seorang Pendeta dari gereja ternama di Phila.

Lalu proses evakuasi pun dilaksanakan, satu persatu penghuni keluar dari persembunyian dan ikut mobil tersebut.

Akhirnya, tidak ada penghuni rumah yang tertahan malam itu.

BUKAN YANG PERTAMA KALI
Penggerebekan semacam ini bukan pertama kali yang saya rasakan dan amati.
Setahun yang lalu, rumah yang saya tempati juga pernah didatangi petugas. Kebetulan, hari itu juga hari Senin malam.

Juga tidak ada orang yang tertahan, semua penghuni rumah yang diperiksa saat itu semua memiliki surat. Hanya sepasang suami istri ketemu disini yang tinggal di basement yang tidak memiliki surat, tapi untungnya tidak ikut diperiksa karena mungkin petugas menganggap tidak ada yang tinggal di basement.

Setengah tahun yang lalu pun gerombolan petugas imigrasi sering mendatangi rumah-rumah di South Philly, street besar atau kecil sama saja.

Hampir semua penggerebekan itu berlangsung hari Senin malam sekitar pukul 6 dan 7.

BIKIN TRAUMA
Meski memiliki surat, penggerebekan semacam ini tentu membuat jantungan, bagaimana tidak? Petugas datang bergerombol dan bertindak sangat agresif dan intimidatif. Setelah berhasil masuk ke dalam rumah, mereka bertindak interogatif seakan-akan penghuni rumah adalah pelaku kriminal kelas berat. Hal-hal semacam ini tentu membuat penduduk resah entah yang berstatus imigran terang maupun gelap.

Ms. Delarosa-Delgado, 42, seorang asisten yang bekerja di sekolah dan berasal dari Republik Dominika juga merasakan hal yang sama. Meski dia adalah warganegara AS dia merasa perlakuan petugas imigrasi AS ini telah mencapai titik keterlaluan.
‘’Ini tidak benar,’’ katanya. ‘’Anak-anakku ketakutan, mereka harus duduk di ruang tengah, diam seperti kriminal cilik.’’

‘’Tentu, baik mencari pelaku kriminal, tapi mereka harus 100% yakin bahwa di daam rumah tersebut memang ada pelaku kriminal. Mereka tidak bisa datang cuma karena alamat saya muncul di layar komputer mereka.”come in just because my address pops up in the computer.’’
Esoknya setelah malam mengerikan tersebut, terdengar kabar bahwa telah terjadi penggrebekan serupa di kediaman imigran asal Indonesia juga di sekitar South Philly di waktu yang hampir sama.

Dikabarkan seorang wanita paruh baya tertangkap dan saat akan ditahan petugas, dia jatuh pingsan karena stroke dan langsung dilarikan ke rumah sakit.

Mungkin diperlukan metode yang lebih baik untuk mengatasi persoalan imigrasi di AS. Ada ide?

email: enche@dunia-kita.com
atau telp 215 459 4057
untuk komentar dan saran atas tulisan ini.

Wednesday, September 26, 2007

Mengundang untuk menulis

Hai masyarakat Indonesia di Amerika Serikat,

Kami mengundang saudara untuk menulis kisah, cerita, pendapat atau keluh kesah saudara/i untuk diterbitkan di media Dunia-Kita.

Setiap tulisan tidak lebih dari 500 kata.

Kirimkan artikel melalui email : enche[at]dunia-kita.com

nb: ganti [at] dengan @

Terima kasih atas partisipasinya,
Dunia Kita

Soal Perubahan Iklim

Konferensi Bali Jadi Solusi

[NEW YORK] Para pemimpin dunia yang bertemu dalam Sidang ke-62 Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), menyerukan arti penting konferensi PBB mengenai perubahan iklim di Bali, Desember mendatang. Hal itu tercermin dari pernyataan sejumlah pemimpin dunia, yang menyiratkan perlunya terobosan kesepakatan global untuk menyelamatkan lingkungan, sebagai kelanjutan dari Protokol Kyoto yang akan berakhir pada 2012.

Pada sidang yang berlangsung di Markas Besar PBB, di New York, Selasa (25/9) waktu setempat, Sekjen PBB, Ban Ki-Moon mengajak seluruh kepala pemerintahan dan kepala negara untuk hadir pada konferensi di Bali. "Perlu satu terobosan dalam menghadapi ancaman pemanasan global dan perubahan iklim pada pertemuan di Bali nanti. Let's go to Bali," serunya.

Senada dengan itu, Presiden Brasil Luis Inacio Lula da Silva menegaskan, apa yang sudah dilakukan masyarakat internasional selama ini belumlah cukup. "Kita perlu menyusun lebih banyak target yang ambisius menghadapi ancaman perubahan iklim global," ujarnya, sebagaimana dilaporkan wartawan SP Wim Tangkilisan, dari New York, Rabu (26/9) pagi.

Dukungan demi tercapainya kesepakatan global untuk menyelamatkan bumi antara lain ditegaskan Emir Qatar, Sheik Hamad Khalifa Al-thani. "Kami akan mendukung seluruh upaya untuk mencapai kesinambungan pembangunan di tengah ancaman perubahan iklim global," janjinya.

Sementara itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, saat bertemu masyarakat Indonesia di New York menegaskan, konferensi di Bali harus sukses karena sudah menjadi perhatian dunia.

Kesepakatan Dasar

Sebelumnya, di hadapan sejumlah duta besar negara anggota PBB, Presiden Yudhoyono berharap Konferensi ke-13 Negara Pihak dari Konvensi Kerangka Kerja PBB mengenai Perubahan Iklim (United Nations Framework Convention on Climate Change/UNFCCC) di Bali akhir tahun ini dapat mewujudkan suatu zona kesepakatan. "Yang kami harap di Bali nanti dapat tercipta zone of possible agreement (zona kesepakatan)," kata Yudhoyono.

Menurut Presiden, penanganan isu perubahan iklim harus segera dilakukan karena perubahan dunia menuju arah itu tidak dapat dihentikan lagi. Dia lantas merujuk pada sejumlah kasus bencana yang terjadi akibat perubahan kondisi lingkungan.

Presiden juga berharap, pertemuan di Bali dapat merumuskan suatu kerangka dasar kesepakatan baru untuk menggantikan Protokol Kyoto yang mandatnya akan segera berakhir.

Presiden Yudhoyono juga menyampaikan harapannya mengenai terciptanya suatu mekanisme yang benar-benar dapat mengurangi emisi gas rumah kaca. Dia juga menegaskan, saat ini dunia tengah melihat ke Bali, dan di Bali nanti seluruh pihak akan melihat masa depan dunia.

Indonesia, selaku tuan rumah Konferensi ke-13 UNFCC, akan membawa tujuh agenda dalam pertemuan tersebut, yaitu adaptasi, migitasi, mekanisme pembangunan yang bersih (clean development mechanism/CDM), mekanisme finansial, pengembangan teknologi dan kapasitas, pengurangan deforestasi (perusakan hutan), serta pasca-2012 atau pasca-Protokol Kyoto.

Setelah Indonesia, Polandia dan Denmark akan menggelar pertemuan lanjutan, dengan tujuan untuk melanjutkan segala sesuatu yang dirumuskan di Bali.

Sementara itu, Presiden Polandia Lech Kaczynski menyatakan keyakinannya bahwa pertemuan UNFCC akan mencapai suatu solidaritas yang lebih tinggi, terkait penanganan isu perubahan iklim. "Bagi Polandia, seruan ini adalah seruan untuk solidaritas," katanya.

Dia mendukung seruan Indonesia agar negara-negara di dunia mulai memberikan perhatian lebih pada isu perubahan iklim.

Hal senada juga diungkapkan Menteri Lingkungan Kenya, David Mwiraria. Dia menegaskan perlunya langkah kolektif dunia untuk menyelamatkan lingkungan dan kehidupan manusia mendatang.

Sedangkan Perdana Menteri Denmark Anders Fogh Rasmussen menegaskan, program untuk mengatasi isu perubahan iklim, boleh jadi proyek yang ambisius. Namun, tetap suatu hal yang realistis untuk dilakukan oleh seluruh pihak. [Ant/A-17]

Wednesday, September 19, 2007

Suharto dituduh PBB

Dalam satu dokumen PBB dan Bank Dunia berjudul "Stolen Asset Recovery" yang berarti Pengembalian Aset Curian, mantan presiden Suharto dikaitkan dengan hilangnya aset Indonesia sebesar 15 sampai 35 miliar dollar antara tahun 1967 sampai 1998.

Selain Suharto, dokumen ini menempatkan mantan penguasa Filipina, Ferdinand Marcos, dan Mobutu Sese Seko dari Zaire di urutan kedua dan ketiga terbesar sebagai penjarah kekayaan negara.

Tabel di dokumen PBB itu menunjukkan bahwa Marcos menjarah sekitar 5 sampai 10 miliar dollar uang Filipina.

Mobutu diperkirakan menyelewengkan sekitar 5 miliar dollar uang negaranya.

Prakarsa ini dimaksudkan oleh PBB dan Bank Dunia sebagai upaya untuk membantu negara-negara berkembang mendapatkan kembali kekayaan mereka yang dijarah oleh para pemimpin mereka dan diduga disimpan di berbagai negara asing.

Menurut dokumen ini, angka-angka tentang uang curian itu didasarkan pada data dari lembaga pemantan korupsi, Transparansi Internasional, serta bahan-bahan yang disiarkan oleh media massa.

Peluncuran prakarsa PBB-Bank Dunia ini dihadiri oleh para pejabat tinggi dari banyak negara.

Dari Indonesia hadir Wakil Kepala Perwakilan Tetap RI di PBB, Adiyatwidi Adiwoso, dan Direktur Perjanjian Internasional Departemen Luar Negeri, Arif Havas Oegroseno.